.thumb img { float: left; margin: 0 10px 10px 0; }

Pages

Subscribe:

Blogroll

Blogger templates

Sabtu, 26 Oktober 2013

Semangkuk bakso

Dikisahkan, biasanya di hari ulang tahun Putri,
ibu pasti sibuk di dapur memasak dan
menghidangkan makanan kesukaannya. Tepat
saat yang ditunggu, betapa kecewa hati si Putri,
meja makan kosong, tidak tampak sedikit pun
bayangan makanan kesukaannya tersedia di
sana. Putri kesal, marah, dan jengkel.
"Huh, ibu sudah tidak sayang lagi padaku. Sudah
tidak ingat hari ulang tahun anaknya sendiri,
sungguh keterlaluan," gerutunya dalam hati. "Ini
semua pasti gara-gara adinda sakit semalam
sehingga ibu lupa pada ulang tahun dan
makanan kesukaanku. Dasar anak manja!"
Ditunggu sampai siang, tampaknya orang
serumah tidak peduli lagi kepadanya. Tidak ada
yang memberi selamat, ciuman, atau mungkin
memberi kado untuknya.
Dengan perasaan marah dan sedih, Putri pergi
meninggalkan rumah begitu saja. Perut kosong
dan pikiran yang dipenuhi kejengkelan
membuatnya berjalan sembarangan. Saat
melewati sebuah gerobak penjual bakso dan
mencium aroma nikmat, tiba-tiba Putri sadar,
betapa lapar perutnya! Dia menatap nanar
kepulan asap di atas semangkuk bakso.
"Mau beli bakso, neng? Duduk saja di dalam,"
sapa si tukang bakso.
"Mau, bang. Tapi saya tidak punya uang,"
jawabnya tersipu malu.
"Bagaimana kalau hari ini abang traktir kamu?
Duduklah, abang siapin mi bakso yang super
enak."
Putri pun segera duduk di dalam.
Tiba-tiba, dia tidak kuasa menahan air matanya,
"Lho, kenapa menangis, neng?" tanya si abang.
"Saya jadi ingat ibu saya, nang. Sebenarnya...
hari ini ulang tahun saya. Malah abang, yang
tidak saya kenal, yang memberi saya makan.
Ibuku sendiri tidak ingat hari ulang tahunku
apalagi memberi makanan kesukaanku. Saya
sedih dan kecewa, bang."
"Neng cantik, abang yang baru sekali aja
memberi makanan bisa bikin neng terharu
sampai nangis. Lha, padahal ibu dan bapak
neng, yang ngasih makan tiap hari, dari neng
bayi sampai segede ini, apa neng pernah terharu
begini? Jangan ngeremehin orangtua sendiri
neng, ntar nyesel lho."
Putri seketika tersadar, "Kenapa aku tidak
pernah berpikir seperti itu?"
Setelah menghabiskan makanan dan berucap
banyak terima kasih, Putri bergegas pergi. Setiba
di rumah, ibunya menyambut dengan pelukan
hangat, wajah cemas sekaligus lega,
"Putri, dari mana kamu seharian ini, ibu tidak
tahu harus mencari kamu ke mana. Putri,
selamat ulang tahun ya. Ibu telah membuat
semua makanan kesukaan Putri. Putri pasti
lapar kan? Ayo nikmati semua itu."
"Ibu, maafkan Putri, Bu," Putri pun menangis dan
menyesal di pelukan ibunya. Dan yang membuat
Putri semakin menyesal, ternyata di dalam
rumah hadir pula sahabat-sahabat baik dan
paman serta bibinya. Ternyata ibu Putri
membuatkan pesta kejutan untuk putri
kesayangannya.
========================================
=============
Saat kita mendapat pertolongan atau menerima
pemberian sekecil apapun dari orang lain, sering
kali kita begitu senang dan selalu berterima
kasih. Sayangnya, kadang kasih dan kepedulian
tanpa syarat yang diberikan oleh orangtua dan
saudara tidak tampak di mata kita. Seolah
menjadi kewajiban orangtua untuk selalu berada
di posisi siap membantu, kapan pun.
Bahkan, jika hal itu tidak terpenuhi, segera kita
memvonis, yang tidak sayanglah, yang tidak
mengerti anak sendirilah, atau dilanda perasaan
sedih, marah, dan kecewa yang hanya merugikan
diri sendiri. Maka untuk itu, kita butuh untuk
belajar dan belajar mengendalikan diri, agar kita
mampu hidup secara harmonis dengan keluarga,
orangtua, saudara, dan dengan masyarakat
lainnya .

0 komentar:

Posting Komentar

Pemuda Tepus Kulon

Foto Saya
Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia
blog yang berisi semua yang bermanfaat dan update kegiatan pemuda dan pemudi tepus kulon